Monev Kinerja PNS Jakarta Timur 2023

Jakarta | Rabu, 20 Desember 2023 - Kepada yang terhormat, seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Timur.

Pembuatan Pesan Izin GDPR

Rabu, 1 November 2023 - Admin berniat ingin membuka google adsense guna mengecek penghasilan dari adsense,...

Asphalt 9: Ares S1 Grand Prix - Greenland Coastal Ice

Senin, 16 Oktober 2023 - Setelah mencoba tes rekam video melalui software Clipchamp, akhirnya gw mencoba kembali merekam video game.

Claim Daily Events Asphalt 9

Senin, 16 Oktober 2023 - Testing record video pake software Clipchamp.

Penginputan EKIN Bulan Juli 2023

Selasa, 1 Agustus 2023 - Info PTK memberitahukan kepada seluruh PNS dan CPNS di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

PT. HIJAS LINE TUJUH TUJUH - HIJAS TRANS 77
Tampilkan postingan dengan label Permainan Tradisional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Permainan Tradisional. Tampilkan semua postingan

Meriam Bambu

Meriam Bambu merupakan salah satu permainan tradisional Melayu khas cukup populer serta dikenal di berbagai daerah-daerah Melayu, bahkan hampir di seluruh wilayah Nusantara pada umumnya. Selain disebut dengan istilah Meriam Bambu, di berbagai daerah permainan ini dikenal juga dengan nama bedil bambu, mercon bumbung, long bumbung, dan seterusnya. Permainan bedil bambu ini biasanya dimainkan oleh anak-anak laki-laki dalam rangka memeriahkan bulan puasa menjelang hari raya, dan peringatan hari besar agama maupun adat.

SEJARAH
Di sejumlah daerah di Indonesia dan wilayah Melayu serumpun lainnya, permainan tradisional yang satu ini dikenal dengan nama Meriam Bambu, namun di beberapa daerah di Indonesia lainnya juga dikenal dengan nama yang lain. Di sejumlah daerah di wilayah Melayu, misalnya:
  • Di Kepulauan Bangka Belitung, Meriam Bambu ini juga dikenal dengan sebutan bedil bambu.
  • Di Minangkabau disebut Meriam Betung atau Badia Batuang.
  • Di Aceh disebut dengan bahasa lokal Te’t Beude Trieng.
  • Di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, permainan ini lebih familiar dengan penamaan Mercon Bumbung atau Long Bumbung.
  • Di Banten dan di sejumlah daerah lainnya di tanah sunda disebut dengan istilah Bebeledugan.
  • Sementara itu masyarakat Gorontalo di Sulawesi dan suku bangsa di wilayah Indonesia bagian timur lainnya menyebut permainan ini dengan nama Bunggo.
RIWAYAT / ASAL USUL
Permainan Meriam Bambu ini diperkirakan terinspirasi dari senjata yang dipakai oleh bangsa Portugis saat mereka berupaya menduduki wilayah Nusantara pada abad ke-6. Meriam adalah sebuah senjata modern yang dimiliki oleh bangsa Portugis. Pada masa itu kehadiran meriam bagi orang-orang pribumi menjadi perhatian mereka. Mereka heran melihat ada benda yang bisa mengeluarkan bola panas yang bisa mengakibatkan kerusakan yang lumayan besar. Merujuk pada kisah asal-usulnya tersebut, permainan Meriam Bambu atau Bedil Bambu diwujudkan dalam bentuk “Meriam” yang dibuat dari bahan bambu. Cara memainkannya pun nyaris sama dengan penggunaan Meriam sungguhan, yakni dengan menyulut lubang yang ada di bagian pangkal bambu dengan api. Permainan Meriam bambu ini sangat digemari anak-anak dan kaum remaja laki-laki di banyak daerah di Indonesia. Tidak jarang sekumpulan anak laki-laki berlomba-lomba membunyikan Meriam Bambu. Barang siapa yang berhasil menghasilkan suara ledakan paling keras, itulah yang diakui sebagai jagonya Meriam Bambu. Tidak jarang, karena terlalu kerasnya suara dentuman yang ditimbulkan, Meriam Bambu bisa pecah dan terbelah menjadi dua bagian.

Pada prinsipnya, permainan Meriam Bambu sebenarnya bukan tergolong dalam permainan yang bersifat kompetisi, melainkan hanya untuk hiburan semata. Tidak hanya itu, permainan Meriam Bambu sudah menjadi tradisi yang secara turun-temurun dimainkan secara rutin, Di tanah Minangkabau yang menjadi salah satu pusat peradaban Melayu, memiliki tradisi membunyikan Meriam Bambu ketika bulan puasa tiba. Para remaja di Sumatra Barat membunyikan Meriam Bambu, yang oleh masyarakat disana lebih dikenal dengan sebutan Meriam Betung, setiap petang hari sembari menunggu waktu buka puasa tiba. Biasanya, kalangan remaja di Minangkabau, terutama yang masih bermukim di daerah-daerah pelosok, melakukan tradisi “Perang Meriam Betung” di sepanjang tepi sungai.

Demikian halnya dengan masyarakat di Aceh yang juga tetap melestarikan tradisi memainkan Meriam Bambu. Untuk menyambut Idul Fitri, misalnya, masyarakat Aceh di sejumlah wilayah menyulut Meriam Bambu dari malam hari seusai Shalat Tarawih hingga menjelang waktu sahur. Bahkan masyarakat Aceh dalam mempersiapkan suatu acara mereka tidak tanggung-tanggung. Puluhan batang bambu dipersiapkan untuk dibuatkan Meriam Bambu, itu dilakukan demi meramaikan suasana Ramadhan dan lebaran. Dan pada malam takbiran atau malam menjelang lebaran adalah puncak acara dimana ratusan penduduk di berbagai tempat di wilayah Aceh akan berbondong-bondong menyaksikan acara membunyikan Meriam Bambu .

Di Gorontalo, Meriam Bamboo disebut dengan nama Bunggo dan biasanya hampir setiap malam di waktu sahur para remaja di Gorontalo memainkannya di sepanjang bulan puasa. Biasanya sejak awal masa Ramadhan, anak-anak di daerah Gorontalo mulai pergi ke hutan untuk mencari bahan-bahan untuk membuat Meriam Bambu. Tujuannya untuk membangunkan warga yang ingin sahur. Jadi setiap pukul 02:00-03:00 anak-anak di daerah Gorontalo sudah bersiap-siap untuk bermain Bunggo dan kemudian beramai-ramai membangunkan warga yang lain dengan dentuman Meriam Bamboo. Meskipun suara dentuman Bunggo cukup keras dan memekakkan telinga, warga Gorontalo mengaku sudah terbiasa dengan tradisi yang telah berjalan selama ini, dan justru mereka merasa terbantu untuk bangun agar mereka bisa mempersiapkan santapan sahur.

Demikian juga halnya di Jawa, dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Madura. Di Jawa Tengah, Meriam Bamboo disebut dengan nama Long Bumbung, sementara di Yogyakarta Meriam Bamboo dikenal dengan sebutan Mercon Bumbung juga dimainkan pada setiap bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Selain dibunyikan pada malam setelah shalat tarawih, tidak jarang Long Bumbung juga diledakan pada siang atau sore hari. Lain halnya di Klaten, Jawa Tengah, anak-anak disana biasanya bermain Long Bumbung dengan membuat tim, jadi mereka membagi orang-orangnya menjadi dua kelompok, dan setiap kelompok menempati posisi yang saling bersebrangan, biasanya mereka bermain di tepi sungai, sehingga terlihat seperti sedang terjadi perang sungguhan. dan untuk membuat permainan Long Bumbung semakin seru meraka menaruh kaleng atau benda yang bisa di masukan kedalam ujung Long Bumbung, sehingga waktu Long Bumbung disulut oleh api maka akan terdengar dentuman yang hebat dan kaleng tersebut akan terlontar seperti peluru rudal.

Selain di daerah-daerah yang telah disebutkan, masih banyak daerah lainnya di Indonesia dan di daerah Melayu seperti, Malaysia dan Brunei Darussalam, dan lainnya yang mengenal tradisi permainan Meriam Bamboo. Permainan ini masih bertahan dikarenakan telah menjadi tradisi turun-temurun dan selalu ada setiap tahunnya dalam perayaan hari hari besar agama.

BAHAN DAN CARA PEMBUATAN
Dalam pembuatan meriam bambu bahan utamanya adalah batang pohon Bambu, dan kita juga harus memperkirakan:
  • Usia batang bambu,
  • Ukuran diameter batang bambu, dan 
  • Ukuran panjang batang bambu.
Karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan nantinya. Semakin tua usia batang bambu dan semakin besar diameter batang bambu, maka kualitas suara yang dihasilkan akan semakin baik. Di samping bahan utama kita juga memerlukan peralatan lainnya yaitu:
  • Parang digunakan untuk menebang dan membersihkan bambu, 
  • Karet ban digunakan untuk mengikat bambu agar tidak mudah pecah, 
  • Linggis digunakan untuk membuat lubang di batang bambu, 
  • Sedikit kain, 
  • Sebatang kayu kecil yang di gunakan sebagai penyulut meriam bambu nantinya, 
  • Minyak tanah atau karbit yang ditambahkan air dan garam sebagai bahan bakarnya.
CARA PEMBUATAN MERIAM BAMBU:
  1. Mula-mula sediakan batang bambu dan potong dengan ukuran panjang 1,5-2 meter atau 3-4 ruas dan diameter bambu berukuran 4 inci.
  2. Kemudian, permukaan batang bambu dilubangi dengan jarak sekitar 10 cm dari pangkal batang bambu. Besarnya diameter lubang dikira-kira sebesar ibu jari. Lubang inilah yang akan menjadi tempat untuk menyulut Meriam Bambu.
  3. Langkah selanjutnya adalah ikat kuat-kuat sekitar sambungan ruas bambu dengan tali atau karet ban untuk memperkuat kapasitas bambu dari tekanan tenaga yang dihasilkan ketika disulut.
  4. Lalu sambungan ruas di antara pangkal dengan ujung Meriam kemudian dilubangi dengan menggunakan linggis. Sambungan ruas bagian dalam harus dipastikan dilubangi dengan baik dan hampir rata dengan diameter bambu. Hal ini sangat penting agar tekanan yang dihasilkan tidak tertahan sehingga membuat bambu mudah pecah ketika dibunyikan.
PEMAIN MERIAM BAMBU
Untuk memainkan Meriam Bambu ini sebaiknya dilakukan oleh orang laki laki dewasa. Namun pada kenyataanya, banyak juga kaum remaja, bahkan anak-anak yang senang memainkan Meriam Bambu ini. Meskipun bisa membahayakan, namun tampaknya permainan Meriam Bambu ini sudah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat luas untuk memeriahkan bulan Ramadhan, hari raya, hari besar keagamaan, dan acara-acara bernuansa adat.

WAKTU DAN TEMPAT PERMAINAN
Meriam Bambu sangat sering dimainkan untuk memeriahkan bulan puasa dan untuk menyambut hari raya Idul Fitri, terutama pada malam takbiran atau malam sebelum lebaran tiba. Selain itu beberapa kalangan masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia dan negeri-negeri Melayu serumpun juga menggelar acara permainan Meriam Bambu ini dalam rangka peringatan hari-hari besar keagamaan dan acara-acara adat, seperti perkawinan, khinatan, serta upacara adat lainnya. Sedangkan mengenai tempat yang digunakan untuk membunyikan Meriam Bambu bisa bermacam-macam. Umumnya, Meriam Bambu diletakan secara berjajar di sepanjang tepi sungai dan kemudian disulut secara bergantian. Ada juga yang membunyikan Meriam Bambu di halaman depan masjid ketika memperingati hari besar keagamaan. Namun secara umum, Meriam Bambu dibunyikan di tempat-tempat yang luas dan jauh dari pemukiman penduduk, seperti di lapangan, di kebun, di sawah, di ladang, dan lain sebagainya.

CARA BERMAIN MERIAM BAMBU
Setelah Meriam Bambu selesai dibuat, maka sudah siap untuk dibunyikan. Bahan bakar yang digunakan bisa berupa minyak tanah atau karbit yang dicampuri air dengan takaran tertentu. Jika memakai air karbit, bisa pula ditambahkan sedikit garam untuk memperbesar suara dentuman. Cara mendentumkan Meriam Bambu adalah dengan menuangi minyak tanah atau air karbit ke dalam lubang tempat penyulutan. Kemudian, seutas kayu yang sudah dililit dengan kain dan dicelupkan ke minyak tanah lalu diberi api, digunakan sebagai alat penyulut. Sebaiknya berhati hati dalam melakukan permainan ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk memainkan Meriam Bambu sebenarnya tidak memerlukan keahlian khusus, namun disarankan agar berhati-hati karena bisa membahayakan. Jika tidak cermat dan waspada ketika menyulut, percikan api yang ditimbulkan bisa mengenai wajah. Oleh karena itu, bagi anak-anak yang belum cukup umur disarankan untuk tidak menyulut Meriam Bambu ini. Namun demikian, untuk para remaja dan kaum lelaki dewasa juga diharapkan tetap berhati-hati ketika menyulut Meriam Bambu.

NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERKANDUNG DALAM PERMAINAN MERIAM BAMBU
Meskipun mengandung risiko yang membahayakan,namun dalam permainan Meriam Bambu mengandung nilai-nilai luhur dalam ranah budaya Melayu yang sangat berguna bagi masyarakat. Beberapa nilai luhur yang terkandung dalam permainan Meriam Bambu antara lain:
  1. Memaknai perayaan hari besar. Permainan Meriam Bambu dilakukan sebagai salah satu cara untuk menyambut datangnya hari-hari besar, semisal bulan Ramadhan, hari raya, hari besar keagamaan, ataupun hari besar adat.
  2. Wujud syukur dan kegembiraan. Sebagai wujud syukur dan ungkapan kegembiraan atas perjuangan dan keberhasilan yang diperoleh, misalnya sebagai ungkapan syukur telah berhasil menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.
  3. Melestarikan tradisi. Permainan Meriam Bambu adalah salah satu dari sekian banyak kekayaan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Melayu sehingga sangat perlu untuk dilestarikan agar tidak punah terkikis oleh perkembangan zaman.
  4. Melatih kreativitas. Meriam Bambu bukanlah permainan yang bisa dibeli dengan mudah seperti kebanyakan permainan modern yang ada saat ini. Untuk bisa memainkan Meriam Bambu seorang harus membuat sendiri. Proses pembuatan Meriam Bambu inilah yang menjadi proses kreatif seseorang.
  5. Melatih keberanian. Memainkan Meriam bambu memang mengandung risiko bahaya, namun jika tetap berhati-hati dan selalu waspada dalam memainkannya, justru dapat melatih keberanian seseorang.
Meriam Bambu merupakan salah satu permainan tradisional yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Melayu serumpun. Permainan harus terus dijaga kelestariannya supaya tidak punah meskipun di zaman sekarang, terutama di kota-kota besar, tradisi permainan Meriam Bambu sudah mulai sulit ditemukan, selain karena tergeser oleh berbagai macam jenis permainan modern juga. Karena sulit didapatnya bahan-bahan untuk membuat Meriam Bambu ini yang berasal dari bahan-bahan yang disediakan oleh alam.


Tapok Talem

Tapok Kalem adalah permainan pada zaman dahulu yang biasanya dimainkan ketika anak-anak sedang berlibur atau tidak berkegiatan, seperti sekolah. Permainan ini seperti petak umpet, hanya saja permainan ini dilengkapi dengan beberapa alat bantu, seperti kaleng bekas. Kaleng bekas itu nantinya dilempar oleh si penjaga sampai jatuh semua. Jika sudah jatuh maka teman-teman yang lain segera bersembunyi. Bagi yang kalah nantinya akan dihukum yang akan ditentukan oleh teman-teman yang lain.