Monev Kinerja PNS Jakarta Timur 2023

Jakarta | Rabu, 20 Desember 2023 - Kepada yang terhormat, seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Timur.

Pembuatan Pesan Izin GDPR

Rabu, 1 November 2023 - Admin berniat ingin membuka google adsense guna mengecek penghasilan dari adsense,...

Asphalt 9: Ares S1 Grand Prix - Greenland Coastal Ice

Senin, 16 Oktober 2023 - Setelah mencoba tes rekam video melalui software Clipchamp, akhirnya gw mencoba kembali merekam video game.

Claim Daily Events Asphalt 9

Senin, 16 Oktober 2023 - Testing record video pake software Clipchamp.

Penginputan EKIN Bulan Juli 2023

Selasa, 1 Agustus 2023 - Info PTK memberitahukan kepada seluruh PNS dan CPNS di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

PT. HIJAS LINE TUJUH TUJUH - HIJAS TRANS 77
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Jika Mereka Tak Terpilih

Jika Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf tidak terpilih, mereka akan kembali menjadi Pejabat / Pengusaha dan Ulama / Kyai. Jokowi kembali ke Solo dengan bisnisnya yang bisa membuatnya hidup sangat layak, bercengkrama dengan keluarganya Ibu Ariana, Gibran, Ayang, Kesang, Selvi, dan Bobi. Bermain gobagsodor dengan Ethes dan Sedah, tetap indah dan bahagia.

Kyai Ma'ruf kembali menjadi penasihat para ulama, bahagia menjaga akhlak negeri ini dengan pengajian-pengajiannya. Bahagia bersama keluarganya istri, anak, dan cucu-cucunya. Serta murid ngajinya tetap berjuta di seluruh nusantara, dihormati, dan dikhidmati.

Jika Pak Prabowo dan Mas Sandi tak terpilih, mereka pun memiliki kehidupan yang indah dan bahagia.

Pak Prabowo tetap kaya raya dan tetap menjadi Ketua Umum Gerindra. Melanjutkan hobi berkuda dan bertani dengan orang-orang sekitar rumahnya.

Mas Sandi juga tetap dengan kehidupannya yang bahagia, bersama istri cantiknya, anak-anaknya, meneruskan bisnisnya dan dia tetap menjadi Pengusaha Muslim yang membawa manfaat banyak untuk negeri ini.

Lha... kalo aku, kamu, mereka..?

Kadang sahabatmu dari kecilmu pun sudah kamu blocked, kamu ajak berantem hanya karena pilihannya berbeda.

Jangan-jangan kamu sudah malu datang ke reuni karena setiap reuni sebelumnya, kamu rajin mendalilkan ayat-ayatmu hanya untuk mendukung satu paslon (pasangan calon) dukunganmu dan sudah kamu kafirkan temanmu.

Jangan-jangan kamu tak berani lagi menyapa sahabatmu karena sudah terbiasa memanggilnya cebong, kampret, atau panggilan cacian, dan lain-lain.

Jangan-jangan saat kamu butuh pekerjaan, butuh bantuan, temanmu tak lagi ingat padamu karena saling olok pasukan nasi bungkus, dan sebagainya.

Jangan-jangan perseteruan kalian tak pernah usai hingga salah satu dari kalian meninggal karena perbedaan pilihan 5 tahun lalu menjadi dendam 5 tahun ke depan dan ke depannya terus.

Jangan-jangan hidupmu yang penuh dendam karena bukan kefanatikan pilihan yang entah dalilnya kamu ambil dari ayat mana sesukamu hanya untuk memenuhi nafsumu sendiri.

Jangan-jangan mulutmu, tanganmu sudah terbiasa menghujat dan mencela hingga memanggil manusia lain dungu pun kamu anggap ibadahmu.

Jangan-jangan kamu akan membesarkan anak-anakmu menjadi generasi hoax, generasi pencela, generasi pengumpat, karena dari kecil sering mendengarmu berapi-api menyebut orang lain kampret, cebong, dungu, penipu, bodoh, dan lain-lain.

Pak Jokowi, Kyai Ma'ruf Amin, Pak Prabowo, dan Mas Sandi melanjutkan hidupnya dengan bakti mereka, hidup bahagia.

Aku, kamu, mereka...?

Hidup merugi setelah sekian lama hanya sering mencari kekurangan para bapak yang hebat-hebat itu, menghinakan mereka, padahal mengenal mereka pun tidak. Semua berdasarkan asumsimu, katanya-katanya yang dipercayai sebagai kitab suci.

Astaghfirullah... Masih mau melanjutkan semua kekonyolan yang kamu yakini itu kebenaran versimu?

Jika mereka tak terpilih, mereka tetap bahagia.

Aku... Kalian.....?

Tetap berjuang untuk melanjutkan kehidupan masing-masing...

Pesta demokrasi jangan dinodai dengan merusak NKRI dan permusuhan antara anak bangsa.

#Salam Indonesia Damai dan Sejahtera.

Sumber: Al-Haq

Pelantikan Walikota dan Bupati di Balaikota

Rustam Effendi - Walikota Jakarta Barat
Informasi pukul 14.00 WIB lalu, telah terpilih dan dilantik sebagai Walikota dan Bupati pada 6 wilayah DKI Jakarta di Balaikota DKI jakarta siang tadi.

Para pejabat tersebut yang terpilih dan dilantik sebagai berikut:
  1. Walikota Jakarta Pusat : Bayu Megantara.
  2. Walikota Jakarta Utara : Samsudin Lologaw.
  3. Walikota Jakarta Timur : Anwar.
  4. Walikota Jakarta Barat : Rustam Effendi.
  5. Walikota Jakarta Selatan : Marullah Matali.
  6. Bupati Kepulauan Seribu : Husen Murod.
Sumber: Asep S.
Pustakawan SMP Negeri 61 Jakarta

Dimensi Politik Menjijikan di Istana Bogor pada Hari Raya


"Sangat prihatin. Kok terjadi saat momen idhul fitri yang harusnya dipakai sebagai wahana saling memaafkan. Sebagai bangsa kita memang belum dewasa, ya?" Begitulah kutipan note pada channel tersebut.

Open House yang dilakukan oleh Presiden Jokowi pada hari pertama perayaan Idul Fitri 1439 H yang dilaksanakan di Istana Bogor tercoreng, oleh perilaku memalukan dan tidak terpuji para pendukung rezim yang menyoraki kedatangan Gubernur DKI Anis Rasyid Baswedan yang ingin bersilaturrahim dengan Presiden Jokowi.

Momentum hari raya seharusnya dijadikan sebagai ajang untuk saling bermaaf-maafkan oleh semua pihak, karena dengan perayaan Idul Fitri tersebut seluruh umat manusia di muka bumi ini kembali kepada kesucian dirinya yaitu menjadi fitrah seperti orang yang kembali baru dilahirkan di dunia ini.

Sorakan yang dilakukan oleh para pendukung Presiden Jokowi di Istana Bogor, terhadap Gubernur DKI Jakarta Anis Rasyid Baswedan, pada hari raya Idul Fitri adalah sesuatu tindakan tidak terpuji dan sangat mempermalukan kita semua sebagai sebuah bangsa, yang sedang merayakan hari kemenangan bagi ummat Islam.

Jelas sudah perilaku memalukan tersebut sepertinya sudah menjadi budaya bagi para pendukung rezim, sebagai akibat dari kekalahan ahok pada pilkada di tahun yang lalu, dan sebagai ketakutan para pendukung rezim apabila Anis Rasyid Baswedan berpasangan dengan Prabowo Subiyanto untuk maju sebagai penantang Presiden Jokowi pada pilpres di tahun 2019.

Perilaku memalukan yang terjadi di Istana Negara tersebut, seharusnya dapat dicegah oleh pihak Paspampres atau pun pihak keamanan lainnya dengan memberikan teguran keras terhadap orang atau pun kelompok yang meneriaki Gubernur Anis. Karena dampak dari cemoohan mereka terhadap Gubernur Anis pada akhirnya semakin membuat tuan Presiden tergerus citranya di hadapan publik.

Di era digital society seperti saat ini, perilaku seperti itu seharusnya dapat dihindari, sebab pada akhirnya publik akan menilai para pendukung rezim saat ini bukanlah orang-orang terpuji yang memiliki jiwa dan karakter kenegarawanan, karena menjadi manusia pembenci dan selalu menyimpan dendam serta permusuhan di saat seluruh ummat Muslim di seluruh dunia bermaaf-maafan dan saling bersilaturrahim.

Miris sekali perilaku para pendukung rezim yang mengaku paling Pancasialis dan paling mencintai Indonesia, serta merasa paling bhinneka, ternyata itu semua bohong belaka. Karena jelas sudah perilaku yang mereka pertontonkan di hadapan publik di saat Idul Fitri, bukanlah cerminan dari sikap seorang yang Pancasialis, mencintai NKRI, dan sama sekali tidak menghargai kebhinekaan yang seringkali mereka suarakan.

Secara pribadi saya ingin menyatakan, perilaku intoleran yang dilakukan oleh pendukung rezim terhadap Gubernur Anis Rasyid Baswedan saat perayaan hari kemenangan tersebut, adalah hal paling menjijikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Para pendukung rezim sepertinya tidak tahu bagaimana memaknai Idul Fitri dan menjalin silaturrahim di hari yang dipenuhi rahmat dan karunia sang Khaliq.

Untuk itu sudah selayaknya pihak Istana untuk membuat pernyataan kepada publik dengan meminta maaf kepada Gubernur Anis terhadap sikap konyol yang dilakukan oleh para pendukung tuan Presiden Jokowi, yang sudah sangat keterlaluan dan berlebihan tersebut karena telah sangat mencoreng lembaga kepresidenan, karena hal tersebut dilakukan di dalam Istana Bogor.

Sebagai pesan penutup, semoga saja agenda Open House di acara hari raya di tahun yang akan datang tidak terjadi hal yang seperti saat ini. Dan berharap para pendukung maupun relawan #2019GantiPresiden tidak mengikuti perilaku tidak terpuji seperti yang dilakukan oleh para pendukung rezim saat ini.

Wallaahul Muafiq Illa Aqwa Mithoriq,
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

Oleh: Pradipa Yoedhanegara
Sepinggan, 15 Juni 2018

Liciknya Tim Sukses "Si Tukang Sruduk"

"Kami menolak rencana e-voting pada Pileg dan Pilpres 2019," begitu celoteh yang dilontarkan dari berbagai pihak.

Persiapan untuk kecurangan Pilpres 2019 sedang disusun oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dengan sistem E-Voting, karena pemilihan langsung Pilgub (Pemilihan Gubernur) DKI Jakarta di putaran ke-2 kemarin mereka tidak bisa berbuat curang.

Dahulu yang mereka mainkan adalah sistem Noken di Papua, dimana hak suara 300 orang dari sebuah suku bisa diwakilkan oleh Kepala Suku bersangkutan. Inilah kebobrokan dan kebodohan KPU (Komisi Pemilihan Umum), dimana sistem pemilihan model ini dianggap sah, padahal bertentangan dengan Undang-Undang.

Berangkat dari sistem Noken, Jokowi dan PDIP jadi sangat diuntungkan. Mendatang sistem Noken ini tidak boleh dibiarkan, lebih baik mereka tidak ikut mencoblos daripada merusak sistem pemilu yang telah diatur sedemikian rupa.

Melihat sistem pilgub DKI yang mulai rusak dan robohnya reputasi PDIP dan Jokowi, menjadi pertanda bahaya bagi mereka untuk melenggangkan kekuasaan Jokowi pada periode berikutnya. Untuk itu, dipaksakanlah sistem pilpres E-voting pada tahun depan untuk mendulang suara melalui kecurangan demi kecurangan sistem IT yang telah mereka siapkan.

Jika sistem e-voting benar-benar diterapkan, maka sangat berbahaya bagi demokrasi kita, karena kita tidak bisa mendeteksi dan memproteksi pencurian suara melalui IT, lantaran SDM KPU dan tim sukses tidak secanggih warga etnis Cina yang ahli di bidang itu.

Tolaknya rencana e-voting pada pemilihan legislatif dan pemilihan presiden mendatang menuai polemik di berbagai kalangan.

# Mari tolak wacana pileg dan pilpres 2018 dan 2019 dengan sistem e-voting karena semua infrastruktur kita belum siap untuk mengarah ke sana.

# Percayalah ini taktik PDIP yang disokong oleh komunitas IT mereka untuk melanggengkan kekuasaan Jokowi yang mulai rapuh dan mulai runtuh.

# Terlalu beresiko pemilihan dengan sistem E-voting tersebut, soalnya rekap data di laman website KPU saja mudah dibajak.

# Dapat dipastikan tim ahli dan pakar IT termasuk sistem jaringan untuk E-voting pasti dari Cina!

# Ide untuk E-voting yang direncanakan dan akan diterapkan oleh penguasa sekarang adalah strategi licik untuk bisa berkuasa kembali setelah melihat sistem pemilihan langsung tidak dapat dirusak dengan cara curang.

# Anda bantu membagikan ini berarti Anda turut serta mengantisipasi kecurangan yang akan dilakukan penguasa!

# Mari mengganti Presiden dengan sistem pemilihan langsung, bukan dengan sistem E-voting yang syarat permainan dan kecurangan berbasis IT.

Sumber : Solihin Bachtiar
MGMP PAI Jakarta Barat

Komunikasi Tuntutan Hasil Jerih Payah Relawan

Permainan anggaran politik kampanye ketika mengusung salah satu calon gubernur oleh Ketua Serikat Pedagang Pasar Jaya, Abdul Rosyid Arsyad

03 Desember 201604 Desember 2016

05 Desember 201605 Desember 2016

Setiap pertanyaan yang dilontarkan selalu dijawab dengan tipu muslihat.

Akhirnya hasil jerih payah tak terbayarkan.

Pengawasan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Perpustakaan Hibah - Bercermin dari pemilu legislatif 2014 yang lalu kepada Pemilihan Presiden 2014 demi sukses dan tercapainya pemilihan dengan aman serta partisipasi masyarakat dan khususnya mahasiswa, maka beliau menyampaikan pesan khusus, bahwasanya partisipasi tersebut harus didukung oleh para mahasiswa.

Oleh karena itu, para mahasiswa harus memiliki peran fungsi dalam sebuah pengawasan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Diantaranya mahasiswa dapat membangun kelompok minoritas kreatif, melakukan pergerakan reformasi, dan melaksanakan perbaikan-perbaikan bangsa dan politik.

Namun dengan adanya pernyataan yang dipaparkan oleh Fachrudin, muncul berbagai pertanyaan. Seperti yang dipertanyakan oleh Indri Septiani, bagaimana Badan Pengawas Pemilu menanggapi mengenai Pancasila sila ke-4?

Diambil dari amanat Undang-Undang, bahwasanya Pemilihan Presiden diadakan dikarenakan oleh adanya sirkulasi kekuasaan. Maksudnya adanya perputaran dan pergantian generasi baru dalam memimpin sebuah negara dan rakyatnya.

Oleh Drs. A. Fachrudin, M.Si.
Konsiderat Bawaslu DKI Jakarta

Rundown Acara Sosialisasi Pemilu Tahun 2014

Senin (16/6) - Tim S4C (Sahabat Azis Center) diundang organisasi masyarakat ASMAWI-UNJ untuk menghadiri sebuah acara bertajuk "Sosialisasi Pemilu 2014" yang diadakan oleh Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta. Acara dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 16-18 Juni 2014 di lokasi Puri Avia Resort atau lokasi tepatnya Jl. Raya Puncak KM. 65 No. 179, Cipayung. Pada acara tersebut, akan membahas materi-materi yang telah disediakan oleh panitia KESBANGPOL Pusat. Adapun rincian dari agenda acara tersebut, diantaranya:

Senin, 16 Juni 2014 
Pukul 09.00 - 10.00 WIB : Peserta kumpul di Lapangan Ex. IRTI Monas
Pukul 10.00 - 12.00 WIB : Peserta berangkat menuju Puri Avia Hotel
Pukul 12.00 - 16.00 WIB : Peserta Check In di Puri Avia Hotel
Pukul 16.00 - 19.00 WIB : ISHOMA
Pukul 19.00 - 19.30 WIB : Upacara Pembukaan
  • Laporan Panitia Penyelenggara
  • Kata Sambutan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta
Pukul 19.30 - 21.30 WIB :
  • Ceramah dan Diskusi I, topik "Peran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka Fasilitasi Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014"
Pukul 21.30 - 06.00 WIB : Snack dan istirahat

Selasa, 17 Juni 2014
Pukul 06.00 - 08.30 WIB : Sarapan Pagi dan Absensi
Pukul 08.30 - 11.30 WIB : 
  • Ceramah dan Diskusi II, topik "Membangun Karakter Mahasiswa yang Paham Arti Pentingnya Pemilu Tahun 2014" (Outbond)
  • Ceramah dan Diskusi III, topik "Menginventarisir sejauh mana pemahaman peserta akan arti pentingnya Pemilu Tahun 2014 demi masa depan Indonesia" (Outbond)
Pukul 11.30 - 13.00 WIB : ISHOMA
Pukul 13.00 - 14.30 WIB : 
  • Ceramah dan Diskusi IV, topik "Pemilu dalam Perspektif Agama"
Pukul 14.30 - 15.30 WIB : Istirahat dan Shalat Ashar
Pukul 15.30 - 17.30 WIB :
  • Ceramah dan Diskusi V, topik "Peran Strategis Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam Rangka Mengawasi Pelaksanaan Pemilu Tahun 2014 yang Jujur, Adil, dan Bermartabat"
Pukul 17.30 - 19.00 WIB : Snack dan ISHOMA
Pukul 19.00 - 21.00 WIB :
  • Ceramah dan Diskusi VI, topik "Pentingnya Pemilu dan Peran KPU dalam Rangka Sukses Pelaksanaan Pemilu Tahun 2014
Pukul 21.00 - 06.00 WIB : Snack dan Istirahat

Rabu, 18 Juni 2014
Pukul 06.00 - 08.00 WIB : Makan Pagi
Pukul 08.00 - 10.00 WIB : Check Out (kembali ke Jakarta)

Biru Benderanya, Biru Duitnya

http://adf.ly/idGAv

H. Jamaluddin, SH. adalah seorang Calon Anggota DPRD DKI Jakarta Dapil 8 Jakarta Timur, beliau kelahiran Sumbawa. Beliau ternyata telah menyebarkan sticker/pamflet beserta selembaran profil data. Selain itu juga, beliau juga menyelipkan mata uang Indonesia berwarna biru di dalamnya.

Kabar ini terkuak setelah seorang warga Indonesia mendapatkan amplop berwarna putih yang berisikan sebuah pamflet dan juga selembar uang sebesar Rp 50.000,- 

Sang calon anggota tersebut, padahal sudah berjanji pada rakyat bahwasanya "Insya Allah Saya akan melaksanakan ASPIRASI dan AMANAH yang diberikan oleh Bapak, Ibu dan Saudara dukungan dan kepercayaannya saya harapkan", begitulah bunyinya.

Namun yang telah terjadi itu apakah rakyat akan percaya mengenai janjinya tersebut? Kalau sang calon sudah berani untuk memberikan uang kepada rakyatnya sebesar Rp 50.000,- per orangnya, sudah pasti ketika dia terpilih yang dipikirkannya adalah bagaimana caranya mengembalikan uang tersebut ke dalam kantongnya lagi. Pastinya lagi dia akan melakukan korupsi.

Saya hanya menyarankan kepada Anda yang tidak mempunyai uang, bahwasanya terimalah jika ada caleg yang memberikan uang, akan tetapi ketika di hari pemilu pilihlah sesuai dengan hati nurani Anda.

UKA-UKA di DPR

Oleh Kurniawan*

Sebelum berbicara jauh tentang apa yang akan ditanyangkan, ada baiknya ada sesi kata pengantar atau sekadar basi-basi untuk perkenalan perihal UKA-UKA.

UKA-UKA adalah sebuah penampakkan, penampakkan itu bisa hadir hanya berupa suara tanpa tahu siapa pemilik suara tersebut, atau sosok yang muncul begitu dan tak begitu jelas. Bahasa lainnya samar, ada yang mengatakan tak jelas, absurd, dan segala macamnya. Yang sangat jelas adalah penampakkan. UKA-UKA dulu pernah tanyang di TV, dan sekarang muncul lagi.

Bagaimana jalan ceritanya, silahkan dinikmati, ditambahkan juga boleh, atau di lain-lainnya juga boleh. Untuk mempersingkat waktu, acara kami mulai.

Selengkapnya: Selamat Menyaksikan Siaran Langsung dari Gedung DPR (30/3).

*Penulis adalah orang yang masih belajar memindahkan peristiwa menjadi kata-kata. Dan sekarang aktif nongkrong di www.angkringanwarta.com